Wednesday, May 04, 2011

Jatuh Bangun Membungkam NII

Oleh Bambang Isti

MAHASISWA banyak menjadi sasaran empuk kegiatan "cuci otak" (brain washing), yang beraroma radikalisme, menyusul maraknya kasus penculikan di antara kalangan akademisi akhir-akhir ini. Penculikan itu berujung pada proses pembaiatan di antara mereka,sampai akhirnya sadar mereka jadi korban.

Gerakan bawah tanah Negara Islam Indonesia (NII) banyak disebut-sebut sebagai gerakan di balik itu semua. Sinyalemen gencar mengatakan NII sedang gencar merekrut anggota baru di kalangan akademisi, menyusul diduga habisnya aset NII yang disimpan di Bank Century.

Solahudin, peneliti NII seperti yang ditulis VIVAnews Sabtu (30/4), mengatakan, sebenarnya NII sedang mengalami kebangkrutan di segala sektor. Karena itulah, NII perlu menghimpun dana dan anggota baru sebanyak-banyaknya. "Target baru NII adalah orang yang mapan secara ekonomi, sehingga target kalangan akademisi dari kampus elit dan PNS (pegawai negeri sipil)," jelas Solahudin.

Selain merekrut pengikut baru, modus lain yang mereka, kata Solahudin adalah adalah meminta sumbangan dengan segala cara, misalnya di lokasi ATM. Mereka bahkan meminta sumbangan dengan mengatasnamakan yatim piatu. "Karena ini dianggap sangat efektif dan biasanya gampang," kata dia.

Soal dana NII, untuk menguak benarkah ada dana NII di Century, di lain kesempatan, wakil ketua DPR RI, Priyo Budi SantosO menyatakan, Tim Pengawas Pelaksanaan Rekomendasi Pansus Bank Century akan meminta PPATK mengklarifikasi dugaan adanya rekening misterius untuk membiayai gerakan NII.

"Tentang kebenaran sekian miliar yang konon masuk dalam rekening yang disebut-sebut milik NII, itu akan kami cek," ujar Priyo di DPR RI.

Berkembang d Ponpes

Pemerintah sebenarnya tak hentinya melakukan perlawanan terhadap NII. Sejak tahun 1950an sampai kini, betapa jatuh bangun pemrintah berusaha membungkam NII, agar tidak berkembang di bumi Indonesia.

Saat meramainya kasus "pencucian otak" akhir-akhir ini, banyak disebut-subut keterloibatan beberapa pondok pesantren. Sementara itu, tudingan kepada Syek Abdus Salam Panji, pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Al-Syaitun Indramayu pun merebak terkait dengan kegiatan jaringan NII yang disebut-sebut berkembang di ponpes itu.

Benarkah jaringan ini dipercaya berpusat di Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat? Ataukah masih banyak daerah lain yang diam-diam menjadi sentra kegiatan NII?

Namun jika diyakini pendiri dan pemimpin pondok pesantren itu, Syekh Abdus Salam Panji Gumilang alias Abu Toto, disebut salah satu mantan menteri NII, tak lain adalah Imam NII, maka tudingan itu tidak luput.

Panji Gumilang, pimpinan NII itu disebut-sebut sebagai ketua gerakan NII Komandemen Wilayah 9 (KW9). Pula disebutkan, sepakterjangnya selama ini karena dia memiliki hubungan dekat dengan sejumlah tokoh penting di Indonesia termasuk dari kalangan intelijen serta militer, sehingga eksistensi mereka tetap ada sampai kini.

Jejak pergerakan NII di tanah air:

No Peristiwa Tahun
1 Daud Beureueh pernah memegang jabatan Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh, waktu itu agresi militer per- tama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. 1947
2 Oktober 1950 DI/TII melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pos-pos kesatuan ABRI (TNI-POLRI). Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. 1950
3 Terjadi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. 1953
4 Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati. Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah. Semula ia bersikap setia pada RI, namun kemu- dian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan DI/TII. 1959
5 Regim Soekarno menangkap dan menjatuhi hukuman mati kepada Imam Negara Islam Indonesia (NII) SM. Kartosoewirjo pada tahun 1962. Soekarno dibantu oleh PKI. Lalu diteruskan oleh regim Soeharto dengan ABRI-nya telah membungkam NII sampai sekarang dengan pola yang sama. NII dengan organisasinya DI/TII dihantam habis-habisan oleh Regim Soekarno yang didukung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Sedangkan Masyumi Majelis Syura Muslimin Indonesia) tidak terlibat penghancuran meski hanya tidak mendukung adanya DI/TII.



Sumber : www.suaramerdeka.com

0 comments:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls